Halo semua.
Skeretariat Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI) baru saja pindah (lagi) lho. Bukan karena gagal bayar, lantas diusir pemilik kontrakan. Farhan "Bibir" Fuadi, Sekjend LS-ADI masa aksi 2013 - 2014 yang baru terpilih sih bilang, "mau ganti suasana aja. Pengurus baru, ya, suasana juga baru."
Skeretariat Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI) baru saja pindah (lagi) lho. Bukan karena gagal bayar, lantas diusir pemilik kontrakan. Farhan "Bibir" Fuadi, Sekjend LS-ADI masa aksi 2013 - 2014 yang baru terpilih sih bilang, "mau ganti suasana aja. Pengurus baru, ya, suasana juga baru."
Mural Palu Anti Imperialisme |
Kalau ada yang
bertanya alamat, kami ada di Jl. Semanggi II Rt 04/03 No. 39 Kelurahan
Pisangan, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Lokasinya tidak jauh dari
komplek kuburan UIN Jakarta.
Kalau ingin mampir, ikuti saja jalan berpaving di samping
kuburan UIN Jakarta samapai mentok. Lalu belok kanan, ketemu lapangan
bulu tangkis. Lalu ambil kiri, hingga ada turunan agak menikung ke kanan. Gang
mulai menyempit. Hanya cukup untuk satu motor. Ikuti saja sampai ketemu sungai
kecil dan di sisi kirinya ada pos jaga. Sekitar 50 meter dari pos jaga, ada
kontrakan pertama sebelah kanan. Nah di situ tempatnya.
Ternyata, dulu kala, LS-ADIan lama pernah tinggal di kontrakan
ini. Jejak keberadaan mereka masih ada. Pola lingkaran dan palu hitam tergurat samar di pagar sebelah timur.
Background merahnya memudar. Nyaris menjadi oranye. Menurut kak Wahyu Agung,
coretan itu peninggalan Yudishtira, Sekjend LS-ADI dari era 2005-an.
“Tangan anak itu
memang jahil. Paling rajin kalau disuruh bikin spanduk aksi. Hasil tulis
tangannya gak kalah sama mesin digital printing jaman sekarang,”
ujarnya.
Sudah genap dua bulan kami tinggal di sekretariat baru. Bangunanya hanya berukuran lebih-kurang 3 x 6 meter. Ada dua sekat tembok yang membagi ruangan menjadi tiga petak.
Lemari buku,
papan tulis dan rak sepatu, mengisi petak terdepan. Kami biasa habiskan waktu di
ruangan ini hingga larut. Baca buku, kemudian bicarakan sejarah Gestok hingga
kelincahan personil-personil JKT 48 yang sedang jadi trend itu.
Pekarangan Seberang Kontrakan |
Di sekretariat
baru aku suka melihat pemandangan di luar lewat jendela ruang depan. Ada
beberapa tanaman bunga dalam pot, sungai kecil, dan pekarangan yang entah siapa
nama pemiliknya. Aku tidak tahu. Yang pasti pekarangan itu hijau. Damai.
Di petak tengah, ada sebuah rak kecil warna cokelat terbuat dari triplek.
Isinya buku milik salah seorang kolega yang baru selesaikan Masternya di
STF Driyakara. Di atas lemari kecil itu ada sebuah frame hitam seukuran kertas
A 4 berisi foto-foto anggota LS-ADI dari tahun ke tahun. Di frame itu juga
terpampang fotoku saat baru bergabung dulu. Masih unyu.
Di samping kiri rak kecil, ada
tumpukan enam kardus bekas air mineral. Isinya buku-buku milikku dan seorang
teman yang telah khatam kami baca. Di samping kiri tumpukan buku, tersusun rapi
tiga kasur lipat, satu buah selimut kumal warna kuning, dan empat buah bantal.
Warna sarung bantalnya biru muda, nyaris cokelat. Sering berganti-ganti
pemakai.
Beberapa poster tokoh dan
pemikir dunia menempel di dinding petak tengah. Gambar orasi berapi-api bung Lenin,
wajah cemberut kakek Kalr Marx, kepulan asap cerutu dari mulut Che Guevara, dan
senyum simpul om Fidel Castro menjadi saksi kegalauan kami.
Selain suka melakukan pengamatan
melalui jendela depan, aku juga suka baca buku di petak tengah. Pemilik kosan sengaja menggunakan atap yang tembus
cahaya matahari. Ruangan menjadi terang tanpa bantuan lampu saat siang.
Hemat energi.
Seorang kawan menganjurkan agar
aku tak menceritakan bagaimana kondisi petak ketiga dari sekretariat kami. Dan
tidak menarik juga kurasa. Hanya ada beberapa buah piring, gelas, galon, dan
tumpukan baju kotor yang menjadi sarang nyamuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar