Rabu, 05 September 2012

Hey Pemuda! ke Ciputat, Apa Yang Kau Cari?


“Selamat datang para mahasiswa baru angkatan 2012/2013 di Universitas Islam Negeri  (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta .” Kalimat tersebut, beberapa hari ke depan pasti akan jadi ‘trending topic’ di kampus Ciputat. Pemuda-pemudi calon ksatria dari seluruh pelosok tanah air telah berdatangan, siap ditempa di kawah candradimuka oleh resi-resi pilihan. .
Ngomong-ngomong, setelah melalui serangkaian tes dan diterima masuk UIN Ciputat, ada yang pernah bertanya-tanya gak, “apakah aku yakin dengan pilihanku? Kenapa aku milih kuliah di UIN Ciputat, ambil fakultas ini dan jurusan itu? Padahal masih banyak lho, kampus favorit dan bergengsi di Indonesia. Ke Ciputat, sebenarnya apa yang aku cari?”

Jika pernah, pasti sebagian mahasiswa akan menjawab dengan pasti, “ya, kuliah di UIN Ciputat adalah impianku sejak kecil dan jurusan dimana aku diterima adalah pilihan pertamaku. Aku bangga kuliah di sana, karena maasiswanya kritis dan selalu dinamis”. Nah, berarti mahasiswa seperti di atas dapat dikategorikan sebagai tipe manusia yang optimis, tahu tujuan dan merdeka menetukan pilihannya, (selanjutnya kita sebut dia sebagai mahasiswa A).
Tapi, tak jarang dua atau tiga bulan setelah masa Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) berkahir, beberapa mahasiswa (yang selanjutnya kita sebut dia sebagai mahasiswa B) menjawab dengan ragu, “gue masuk UIN karena gak lolos SNMPTN dengan pilihan universitas favorit di kota lain, jadi ke UIN aja, murah cuy.” Atau, ada beberapa orang yang lulusan SMA dan ambil jurusan umum bilang begini, “aduuuh, ko mata kuliahnya pakai arab-arab gitu ya, gue kan sengaja ambil jurusan umum biar gak ketemu yang kayak beginian! Gue jadi nyesel milih jurusan ini.”
Begitulah kira-kira kondisi beberapa bulan ke depan bagi mahasiswa tipe B. Tak jarang yang ngaku salah ambil jurusan, ato dipaksa orang tua, ato UIN hanya menyediakan beasiswa untuk jurusan X (jadi ambil saja daripada mubazir), ato gak lolos tes di universitas yang lebih bergengsi daripada kampus Ciputat, ato dengan segunung alasan lain yang bisa dicari-cari kapanpun jika diperlukan.
Tapi mulai hari ini, kaki kita sudah terlanjur menapaki lorong-lorong panjang kampus Ciputat, pantang surut langkah ke belakang. Jadi, segera tentukan pilihan. Mau jadi mahasiswa biasa-biasa saja yang tak peduli dengan lingkungan sekitar? ato memilih jadi mahasiswa yang luarbiasa dengan Indeks Prestasi (IP) 3,5 dan segala aktifitas sosialnya? Kalo masih tetap bingung dan ragu-ragu, pulang saja!
Sejarah mencatat, kampus Ciputat sebagai kampus peradaban. Pemasok calon ilmuan-ilmuan kritis dan ahli-ahli di bidang lain yang siap mengabdi bagi Indonesia. Tempatnya mahasiswa/i bergulat intelektual. Wadah bagi siapa saja yang ingin menempa dan menambah kapasitas diri. Jika boleh diibaratkan, kampus Ciputat itu seperti rumah yang plural   dan demokratis. Karena demokratis, berbagai hal bisa didiskusikan di sana. Bermacam-macam mazhab (mulai dari yang paling ‘kiri’, ‘tengah’ dan ‘kanan mentok’) juga halal diperdebatkan. Karena plural, kita selalu saling menghormati perbedaan pandangan di antara para penghuni rumah.
Mahasiswa yang sibuk belajar saja demi mengejar IP tinggi dan tak peduli dengan lingkungan sekitar, itu sudah biasa. Karena kampus Ciputat memeberi fasilitas lebih bagi mahasiswa yang aktif, kritis, dan mau bergerak. Forum-forum kajian bisa ditemui di mana saja. “Apa saja sih yang dikaji?”  Yang dikaji beragam. Mulai dari menu-menu seputar demokrasi, filsafat, komunikasi, dan ke-Islaman, ada banyak forum yang memfasilitasinya. Selain itu, organisasi-organisasi gerakan sebagai kontrol sosial dan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat juga tumbuh subur di Ciputat. Maka tak heran, sampai hari ini poros gerakan mahasiswa di Jakarta/Nasional, ya tempatnyanya di Ciputat.
Sekarang sudah jelas, apa sebenarnya yang ada di Ciputat. Maka sekali lagi kepada para mahasiswa, tak perlu bingung-bingung menentukan pilihan. Sudah banyak rambu-rambu penunjujk arah. Segera ambil sikap. Menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja itu sebuah pilihan. Menjadi mahasiswa yang aktif, kritis dan dinamis itu juga sebuah pilihan. Jadi, silakan memilih opsi benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Bergerak, Berjuang, Bersama!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar