Rabu, 12 Desember 2012

Hidup di Tengah Ancaman


Kawan, apakah kamu pernah merasa jiwamu dalam kondisi terancam? Dalam menjalani hidup di tengah belantara dunia ini, wajar rasanya seorang manusia menerima suatu ancaman dari orang lain. Kalo anak rantau, biasanya sih sering diancam ibu yang punya kosan karena telat bayar uang sewa kamar kos plus listrik yang harus disetor rutin tiap awal bulan. Atau, para mahasiswa yang merasa terancam karena diultimatum rektor akan di DO gara-gara rajin bolos kuliah dan milih berunjukrasa di jalan menolak komersialisasi pendidikan.
Kurasa, masih banyak lagi peristiwa lain, yang secara tak langsung dapat berpotensi mengancam diri kita. Sederhananya, dua hal di atas adalah salah satu bentuk ancaman terkecil yang akrab dan dekat dengan anak-anak muda perantau. Mungkin salah satu dari kalian pernah mengalaminya. Tentu, ancaman itu tak begitu membahayakan kehidupan seseorang bukan. Atau sampai merampas hak-hak seorang manusia di negeri Merdeka ini.
Tapi, apakah kamu yang sedang baca catatan ini, pernah bertanya-tanya, gimana jadinya jika suatu ancaman itu datang dalam bentuk yang terstruktur, kemudian legal menurut hukum, dan dilakukan oleh Negara terhadap warga negaranya?
Penasaran? Atau, malah bingung? Lanjutin aja bacanya.

Selasa, 27 November 2012

Menjadi Mahasiswa 100%

        Ketika masa Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (dulu disebut OSPEK/PROPESA, kini OPAK) sedang berlangsung di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sederet panitia yang sedang ngaso di taman, saya tanyai tentang pengertian mahasiswa malah bingung sambil menjawab ragu, “mahasiswa itu ya seperti kita ini bang, datang ke kampus terus belajar sama dosen”. Pemudi yang saya tanyai ini memilih bidang studi komunikasi jurusan jurnalistik semester III dan tak merasa perlu berburu pemahaman makna mahasiswa. Mereka tak pernah ikut diskusi politik dan enggan baca buku Sarwono, Soekarno atau diktat Undang-Undang Dasar tentang konsep dan tugas mahasiswa yang disampaikan tokoh-tokoh di atas. Salah satu teman di sampingnya malah ikutan nyeletuk, mengklarifikasi, “emang situ bukan mahasiswa, ko masih nanya juga?”.
 Memang, makna kata mahasiswa sering membuat kita bingung. Pasalnya, semakin hari, kata mahasiswa direduksi sebatas makna lahiriyah (yang tampak) saja—“orang yang datang ke kampus dan belajar dengan dosen”, misalnya. Sementara tugas dan fungsi mahasiswa, malah dilupakan. Padahal rentang sejarah merekam, bahwa mahasiswa selalu berada pada posisi vital saat terjadi peristiwa-peristiwa besar di negeri ini. Meski berangkat dari hasil diskusi dengan beberapa teman, paparan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan wacana pribadi dan bagi siapa saja yang berkenan membaca.

Selasa, 02 Oktober 2012

"Ngobrol"


Bumi kita tak lagi bulat!

Kalimat itulah yang tiba-tiba terlintas di otakku pada suatu pagi di Blitar, pertengahan September lalu. Memang, teknologi komunikasi telah mengubah bumi kita menjadi datar dan tanpa sekat. Persoalan jarak, ruang, dan waktu kini tak lagi dianggap sebagai masalah yang menghambat dalam kegiatan komunikasi antara manusia satu dengan lainnya. Dulu, siapa yang dapat meramalkan Perang Dunia I, II, dan Perang Dingin akan berakhir tanpa hasil, kecuali kematian dan kehancuran? Justru dari perang-perang terdahsyat yang pernah menjadi sejarah paling kelam dalam peradaban manusia itu, lahir teknologi komunikasi yang semakin hari tambah canggih.

Di abad 21 ini, siapa tak kenal komputer, HP, atau internet? Peralatan-peralatan tersebut, dulunya pertamakali dikembangkan oleh anggota militer di negara-negara Eropa dan Amerika untuk kepentingan imperialisme. Atau, siapa yang sampai hari ini belum menggunakan BB, tablet android, atau gadget lain yang didalamnya dilengkapi dengan akses langsung ke Facebook, Twitter, dan lainnya. Maka hai-hati, sampean akan dengan mudah dicap sebagai orang yang ‘ketinggalan zaman’.

Rabu, 05 September 2012

Hey Pemuda! ke Ciputat, Apa Yang Kau Cari?


“Selamat datang para mahasiswa baru angkatan 2012/2013 di Universitas Islam Negeri  (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta .” Kalimat tersebut, beberapa hari ke depan pasti akan jadi ‘trending topic’ di kampus Ciputat. Pemuda-pemudi calon ksatria dari seluruh pelosok tanah air telah berdatangan, siap ditempa di kawah candradimuka oleh resi-resi pilihan. .
Ngomong-ngomong, setelah melalui serangkaian tes dan diterima masuk UIN Ciputat, ada yang pernah bertanya-tanya gak, “apakah aku yakin dengan pilihanku? Kenapa aku milih kuliah di UIN Ciputat, ambil fakultas ini dan jurusan itu? Padahal masih banyak lho, kampus favorit dan bergengsi di Indonesia. Ke Ciputat, sebenarnya apa yang aku cari?”